welcome

Sabtu, 26 Maret 2011

naskah drama 7 orang

Berawal dari iseng nyari naskah drama buat ujian praktek 7 pemain di internet, eeeh sampe malem kaga ketemu juga yang sesuai. dengan berat hati (males hehehe) akhirnya bikin naskah drama sendiri yang sesuai dengan permintaan kanjeng ratu guru bahasa Indonesia (punten pisan bu)
"Intinya dari cerpen kalian rubah jadi naskah drama!"

Nah semoga postingan mi kali ini bermanfaat ya buat yang lagi butuh
ceritanya cukup menarik ko ;)


Naskah Drama “Yuniver”

Dalam udara siang yang saat ini sangat panas bukan main,terdengar  celetukan
konyol segerombolan cowok SMU di gerbang sekolah :
Bocah SMU1: Yuni..! Oi,yuni..!!
Bocah SMU2: Tengok sini dong!!
Bocah SMU1: vera,senyum yang lebar
Bocah SMU1&2 : say cheeseee..(tertawa terbahak – bahak)
Rafael           : enyah kalian! Kalau tidak,kulempar! ( dalam satu gerakan,aku membungkuk,memungut sebutir batu berukuran sebesar tinju anak kecil,langsung kuangkat tinggi diatas kepala dengan sikap mengancam.)
Bocah SMU1: oi,teman-teman! Algojo vera ngamuk tuh!
Bocah SMU2: huh,ngapain takut sama algojo pincang?
Rafael           : tutup mulut kalian! (kutarik tangan kanan ke belakang,sampai otot-otot lenganku terasa menegang,siap melontarkan batu menggunakan segenap kekuatan dalam tubuhku.)
Yuniver         : raf,jangan (sahabatku terburu-buru mencegah. Wajahnya muncul kesan panik,bukan marah.)
Yuniver         : sudahlah,biarkan saja.
Rafael           : Ga bisa! (geramku satelah melihat cowok-cowok itu kembali tertawa riuh)
Rafael           : Jangan ganggu dia (kembali membungkuk,mengambil dua butir batu lagi,kemudian melemparkan nya satu demi satu learah yang sama)
Bocah SMU1           : jangan ganggu banci! Jangan ganggu banci! Ayo,kejar kami kalau bisa.
Yuniver: sudah,biarkan saja mereka pergi.
Rafael           : (hanya diam sambil memandang yuniver dengan tatapan marah sekaligus kasihan,kemudian memandangi kaki kirinya yang berukuran lebih kecil dibandingkan kaki kanan,mulai dari pangkal betis sampai bagian telapak.) kalau saja kedua kakiku normal,sudah kukejar manusia-manusia bermulut tidak sopan tadi untuk kupukuli samapi babak belur sekujur badan (berbisik).

*** # *** # ***

Rafael           : sekali-sekali,coba bela dirimu ver! Ngomong apa kek! Teriak kaya tarzan kek!
Yuniver         : (hanya tertawa pahit)

Narrator       : Yuniver,sahabat rafael  itu,pertama kali kami berteman  saat di kelas sepuluh,empat bulan yang lalu. Ver (begitu aku memanggil dia)menjelasakan, sebetul nya orang tua nya menyebutkan ‘juniver” pada pihak rumah sakit,namun mereka membuat kesalahan penulisan. Sialnya orang tua yuniver tidak memeriksa surat kelahiran anak tunggal mereka dengan teliti,sehingga kesalahan tersebut menjadi permanen. Yuniver bagaikan perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki. Sebagai cewek Rafael sering iri mengamati fisik yuniver yang berkulit putih mulus,gerakannya gemulai,ekspresi wajah yang begitu lembut jauh dari sangar.

Narrator       : Sepulang sekolah,sebuah alpard hitam meluncur mendekat,lalu berhenti di depan kami. Seketika pintu samping nya terbuka. Di kursi tengah duduk kaka yuniver,seorang wanita bertubuh padat,berparas sangat cantik,dan kelihatan lebih muda dariku.

Rafael           : selamat siang ka ( sambil mengangguk sopan pada ka Theodora)
Ka Theodora/kaka yuniver        : selamat siang juga raf. Cepat masuk mobil ver,udara diluar panas sekali,bisa hitam nanti kulit kamu.
Yuniver         :  Iya ka. Ka,Rafael ikut ke rumah ya,kita mau ngerjain tugas kelompok.
Ka Theodora/Ka yuniver                        :  ok,naik raf.
Narrator       : kaka yuniver langsung rewel menanyakan mengapa adiknya itu merah dan kering.
Ka Theodora/kaka yuniver        : kamu tidak pakai pelembab yang baru kaka belikan yang SPF 30?
Yuniver         : ada ka,aku pakai dimuka,leher,dan tangan juga. (sambil menghela nafas panjang)
Ka Theodora/Kaka yuniver       : bagus,pakai yang teratur ya,supaya kulit mu tidak rusak. Kalau terlalu banyak terkena matahari bisa kena kanker dan bisa cepat tua.

Narrator       : tidak sampai lima belas menit,merekatelah sampai rumah yuniver di kawasan hunian para miliader dari empat penjuru kota Medan.  Dibelakang rumah besar nya berlantai dua milik keluarga yuniver ada kolam renang yang cukup luas dan sebuah pondok peristirahatan mungil tempat melepaskan penat usai berenang.
Ka Theodora/kaka yuniver        : Bi,tolong buatkan 2 jus untuk yuniver dan Rafael ya.
Yuniver         : nih raf,oleh-oleh  mamah dari Beijing (hadiah berupa sepasang pembatas buku dari lempengan logam tipis bersepuh warna kuning emas,berbentuk naga dan burung phoenix)
Rafael           : terima kasih ver.. wow,emm “kelembutan sanggup mengalahkan kekerasan ,seperti halnya air sanggup mengikis batu karang”. Baiklah ver,aku mengerti maksud mu.  Kalau kau di lempar batu maka balaslah  dengan pisang, kalau kau di lempar dengan pisang maka lempar lah dengan tahu.
Yuniver         : ( hanya tersenyum,dan memerah sampai ke leher)
Rafael           : aku bangga padamu, meskipun fisikku tak sempurna dan aku bukan anak orang kaya. Kau tak malu berteman denganku (berbisik)
Narrator       : Keesokan hari nya,merupakan jadwal olahraga disekolah Rafael dan yuniver.

*** # *** # ***

Rafael           : jangan hanya diam saja ver!! (bercucuran keringat akibat panas nya cuaca siang hari itu ditambah panas akibat marah)
Yuniver         : tidak apa-apa raf,aku sudah pasrah (mengulas senyum pasrah)
Adolf              : Dihina (sambung adolf,cowok berwajah tengil di depan yuniver)  banci dilahirkan untuk dihina,cewek pincang!
Rafael           : benar aku memang pincang,tapi yuniver bukan banci !!
Adolf              : oke,oke.. kita buktikan cowok lembek ini bukan banci (adolf maju selangkah sehingga jarak antara tubuh nya dan yuniver tinggal sejengkal,salah satu ujung sepatu adolf bahkan menginjak ujung sepatu yuniver. Telunjuk kanan nya di ketuk-ketukkan ke pertenghan dada yuniver.)
Adolf              : Pukul aku…!!
Yuniver         : (mundur selangkah sambil menggeleng lemah)
Adolf              : (menyeringai,sambil melangkah satu langkah) pukul akuu…!! (paksa adolf.. dengan mata melebar jahat)
Yuniver         : (kembali bergeming)
Adolf              : pukul aku bancii..!!(bentak adolf,membuat beberapa teman yang sudah sejak tadi memerhatikan kami bertiga penuh tatapan ingin tahu,sekarang mendekat)
Rafael           : dia bukan banci( balas membentak adolf,setelah menempatkan diri di sebelah yuniver dengan sikap membela)
Adolf              : kalian lihat? Kalian lihat? (kearah kerumunan) cowok apa yang ga malu dibela cewek? Cowok apa?
Kerumunan pelajar          : cowok banci
Rafael           : lawan dia ver( sambil kusenggol keras lengan yuniver mengggunakan lengan ku)
Rafael           : dia sendiri yang menyuruh pukul
Yuniver         : (hanya menggeleng lemah)
Rafael           : lawaan dia(desak ku)
Yuniver         : ga mau( sambil berbisik)
Rafael           : belajarlah membela harga dirimu!! (kudorong yuniver sampai dia terjajar beberapa langkah ke samping)
Rafael           : aku jadi sangsi melihat mu
Yunifer          : raf apaa
Rafael           : jangan-jangan kamu memang banci? (memotong perkataan yuniver)
Yuniver         : raf,kenapa? (suara yuniver hilang timbul ditelan sorak sorai teman-teman kami)
Rafael           : kau,enggak mau melawan dia,padahal dia jelas-jelas menantangmu dasaar banci!!
Yuniver         : coba ulangi..
Rafael           :kau memang banci(melengking sekuat tenaga)
Rafael           : kau memang banci( ulangku lebih kuat)

Narrator       : Rafael tidak sempatmengantisipasi gerakan yuniver yang mengambil benda tajam dari saku celana olah raga,lalu terjulur ke perut Rafael. Disusul dengan terikan kaget bercampur ngeri membahana dilapangan olah raga.

*….*….

Rafael           : mah..mah (merintih)
Mama Rafae            l: nak,kamu sudah sadar? Bagaimana kamu tidak apa apakan? Mau mama ambilkan apa?
Rafael           : aku baik baik saja mah, sudah mama jangan khawatir. Aku hanya merasa sedikit pusing.
Mama Rafae            l: kata dokter itu hal wajar, kamu tidak sadarkan diri 2 hari lamanya sayang.
Rafael           : 2 hari? Lalu.. lalu selama aku tidak sadar bagaimana kabar yuniver mah? (nampak cemas)
Mama Rafae            l: (mengulurkan bagian surat kabar lokal,dibagian tengah bawah ada berita berjudul ANAK PENGUSAHA TERNAMA MENUSUK TEMAN BAIK NYA.
Rafael           : (membaca sambil meneteskan air mata)

Narrator       : seorang psikolog anak dan remaja menanyai tersangka YT mengapa dia tega menghujamkan belati keperut sahabat nya, YT menjawab tanpa ekspresi “kalau orang lain mengataiku banci,aku tidak peduli. Tapi,kalau sahabatku sendiri yang bilang begitu,aku ga bisa terima.”

Rafael           : maafkan aku ver (menutup mata seraya mencampakkan koran ke 
                        lantai).
                                   


                                         ***********************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar